From Padang with Love
Ini laporan perjalanan merangkai keping, merajut benang persahabatan bagi para penggerak kampanye “Jangan Bugil di Depan Kamera!”. Suatu keajaiban dan kehendak dari Sang Maha Kuasa, saat kami berdua datang ke kota Padang, dalam rangka memenuhi undangan seminar nasional “Hitam Putih Budaya Indonesia – Wahai Anak Muda Indonesia, Jangan Bugil di Depan Kamera!” yang diselenggarakan UKK Universitas Negeri Padang, Sabtu, 15 Maret 2008. Saya dan mas Ananto mendarat di bandara udara Padang tepat jam 8 pagi. Naik penerbangan Garuda paling fajar dari Jakarta.
Kota yang indah, begitu pendapat kami berdua, pemandangan gunung dan bukit terpampang di halaman Bandara. Beda banget dengan situasi bandara Soekarno Hatta, yang hanya dipenuhi dengan gambaran gersang dan calo-calo bersliweran di sana-sini. Kami dijemput panitia UNP jam 9 pagi dan langsung menuju tempat seminar di auditorium rektorat UNP. Waduh, kami nggak sempat mandi pagi nih, padahal, mandi terakhir kami lakukan pada jam 1 malam sebelum berangkat dari Jakarta.
Dengan sedikit nekat, kami bersilaturahmi dengan Rektor UNP yang ternyata kocak dan open mind banget. Hehehehee…sempat-sempatnya tuh si bapak rector menawari kami mandi di ruang kerja beliau. Tentu saja, kami menolak dan beralasan kalau badan kami ini masih segar dan wangi….bohong banget dah!
Saya memutuskan ikut seminar dari awal. Jam 10 pagi, seminar tersebut dibuka dengan sesi pertama diisi oleh pembicara dari MUI, Kepolisian Daerah dan wakil dari Pemerintah Daerah. Pesertanya sekitar 300 orang, terdiri dari kalangan mahasiswa, guru, dosen, wakil pemerintah dan elemen masyarakat. Hawa seminar ini dirancang dengan pendekatan perda dan keagamaan (islam). Kota Padang terkenal dengan semboyan : Adat Basandi Syara, Syara basandi Agama. Mungkin gambaran sederhananya, kota ini dijalankan dengan menggabungkan adat budaya dan agama sebagai landasan menjalankan segala aspek kehidupan. Nah, ini dia! Saya dan Mas Ananto harus berpikir keras bagaimana mengenalkan gerakan JBDK kepada masyarakat kota Padang. JBDK dirancang dan dibuat sebagai sebuah gerakan dengan paradigma nasional. Kita berharap banget, JBDK bisa dijadikan gerakan bersama, layaknya gerakan Sumpah Pemuda 1928 yang bisa dilakukan dan dimiliki oleh siapapun, tanpa harus membentuk LSM ini-itu untuk menjalankannya. Siapapun bisa bergabung dan mendirikan gerakan JBDK dimanapun juga. Dengan menggunakan visi, bahwa kita masih bisa berbuat untuk Indonesia dan berjuang seumur hidup melawan kegilaan pornografi.
Sebagai gerakan yang baru akan berulang tahun pertama pada tanggal 11 april 08, JBDK telah mencoba memberikan wacana baru menyikapi kegilaan pornografi dengan lebih cerdas dan kreatif. Gerakan ini tidak dirancang secara emosional, tetapi dibuat dengan mengedepankan logika. Pornografi tidak bisa dilawan hanya dengan teriak-teriak di jalan. Kita harus melawannya dengan menggunakan system yang terintegrasi. Pendekatan praktis, media massa dan teknologi informasi adalah alat perjuangan JBDK di dalam menyebarkan pesan ke setiap orang.
Kembali ke seminar UKK UNP, akhirnya saya kebagian sebagai pembicara di sesi 2 yang dimulai jam 13.00 bersama dengan H.Mahyeldi, wakil Ketua DPRD Padang. Saya lebih banyak mengupas gerakan JBDK dan buku “500+ Gelombang Video Porno Indonesia”. Sedangkan Pak Mahyeldi lebih mengupas di persoalan pendidikan dan pornografi. Sesi ini berjalan sangat seru, apalagi setelah saya sengaja membagikan fotokopi RUU Pornografi untuk dikupas dan dibaca secara logika.
Dan ini yang menarik, ternyata kita menemukan kelemahan dan pasal absurd di RUU Pornografi yang dibuat PANSUS RUU Pornografi DPR. Maka terbukalah mata logika para hadirin, ketika mereka menyadari, bahwa RUU Pornografi yang selama ini diharapkan menjadi tameng terhadap bahaya pornografi justru menjadi RUU yang sangat berbahaya bila diaplikasikan di negeri ini.
Tanggapan dan rasa kaget muncul dari benak para peserta seminar. Saya sendiri cukup surprise dengan reaksi mereka, toh menurut saya, kita harus mengedepankan logika dalam bertindak, bukan sekedar fanatisme buta. Seminar berjalan semakin panas dan seru, tetapi saat-saat keharuan itu hadir ketika saya harus menceritakan sejarah berdirinya JBDK yang dimulai dalam suasana keprihatinan setahun yang lalu.
Ah, saya nggak mau cengeng kalau harus menengok masa lalu. Lalu acara dilanjutkan dengan deklarasi gerakan JBDK Sumatera Barat. Hah? Saya nggak menyangka, rekan-rekan Mahasiswa UNP sengaja menyiapkan 300 pin JBDK dan prosesi deklarasi JBDK di seminar ini. Sungguh sebuah kebanggaan, tatkala kita bersama mengangkat janji JBDK bersama untuk melawan kegilaan pornografi. Sungguh, ini kejutan untuk JBDK. Selamat datang wahai kawan-kawan seperjuangan!
Dan seminar itu ditutup dengan sebuah rencana bersama untuk tetap bergerak dan mengumumkan hasilnya 10 tahun lagi. JBDK telah lahir di pulau Sumatera, pada episenter kota Padang, dalam hati rekan-rekan Mahasiswa UNP, para hadirin seminar dan siapa saja yang menjadi saksi peristiwa itu.
Hari ini, 15 maret 2008, sebuah ikrar persaudaraan terjadi. Antara Jawa dan Sumatera bersatu dalam satu wacana JBDK. Karena kita harus mati dengan bangga sebagai manusia, yang berjuang melawan kegilaan pornografi yang menghancurkan negeri ini, demi masa depan kita dan Indonesia yang lebih baik.
Amin
Sony Set
Aktivis JBDK
0818 936 046
Thursday, March 20, 2008
From Padang with Love - Seminar Nasional JBDK
Posted by Unknown at 1:57 AM
Labels: Kampanye JBDK
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Comments:
Post a Comment