Segenap Redaksi Jafek Mengundang teman-teman alumi FE UNS untuk menjadi kontributor Jafek online, dengan cara mengirimkan alamat email ke jafekuns@gmail.com, atau mengisikannya ;ewat kolom comment di blog ini....Salam Sukses

Tuesday, February 5, 2008

REPUBLIKA
Selasa, 04 Desember 2007

BBM MURAH DARI BIOTA LAUT

Akhir-akhir ini banyak diberitakan tentang krisis energi dan meningkatnya beban masyarakat terutama akibat meningkatnya harga bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan harga BBM telah mendongkrak inflasi secara signifikan. Daya beli masyarakat pun kian lemah, dan beban yang harus ditanggung negara menjadi bertambah berat.
Kondisi tersebut kemudian menjadi pemicu bagi sekelompok orang untuk mencari berbagai jalan keluar yang bisa mengatasi problem kenaikan harga BBM. Halaman Depan Gedung DPRD Provinsi DIY, menjadi saksi bagi salah satu upaya tersebut. Kamis (29/11), di lokasi tersebut, Tim dari Indonesia Bangkit yang dikomandani oleh BSW Adjikoesoemo memperkenalkan dan mensosialisasikan BBM alternatif yang diberi nama Bahan Bakar Nusantara (BBN). Bahan bakar ini hampir sama jenisnya dengan Pertamax.
Dalam kesempatan ini Adjikoesoemo mengatakan BBN sebagai solusi pengganti BBM dapat dijual dengan harga Rp 1.500 per liter. Karena itu, solusi krisis energi bukan melalui konversi minyak tanah ke gas, tetapi menggunakan bahan bakar murah nontambang yang dapat diperbaharui.



Ongkos produksi BBN pun relatif murah. Jika dijual dengan harga Rp 1.500 per liter, penjualan BBN bisa menghasilkan keuntungannya lebih dari 50 persen. ''Dengan keuntungan yang besar itu nantinya bisa digunakan untuk menyubsidi pendidikan dan kesehatan masyarakat,'' ujar dia. Karena itu, penggunaan BBN tidak hanya mengatasi masalah mahalnya harga BBM, tapi juga bisa membantu mengatasi problem pendidikan dan mahalnya biaya kesehatan.
Adjikoesoemo mengaku sangat yakin jika BBN bisa digunakan secara luas. Di masa depan nanti tidak ada lagi alasan bagi masyarakat untuk tidak menyekolahkan anaknya, atau tidak mendapatkan layanan medis saat sakit. Bung AK (sapaan bagi Adjikoesoemo) mengungkapkan penemuan bahan bakar ini tidak boleh dikuasai oleh pribadi termasuk dia, tim peneliti, kelompok ataupun golongan tertentu. Temuan yang amat berharga itu, kata dia, harus diberikan seluas-luasnya kepada rayat Indonesia dan dikelola pemerintah yang berpihak pada rakyat. Pihaknya tidak akan pernah bersedia menyerahkan temuan tersebut kepada kalangan yang berpihak kepada pemilik modal besar yang akan memonopoli komoditas tersebut demi kepentingan modalnya dengan mengorbankan rakyat kecil.
Untuk menjamin agar temuan tersebut bisa dinikmati masyarakat secara luas, dia berharap setelah BBN ditemukan, pemerintah bisa menyiapkan infrastruktur produksi dan distribusinya secara adil. ''Paling lambat 41 hari setelah pernyataan ini, legislatif dan eksekutif sudah harus bisa menyiapkan policy yang tegas dan jelas untuk kebutuhan strategis ini. Jika 41 hari policy tidak muncul dari legislatif dan eksekutif, kami siap menjalin kerja sama strategis dengan pemerintah Republik Islam Iran,'' ungap Bung AK menambahkan.
Ia menjelaskan, sebetulnya persiapan untuk bisa menghasilkan BBN tersebut sudah berlangsung sejak sekitar 1,5 tahun yang lalu. ''Sebetulnya saya akan menyampaikan hal ini pada 2009 untuk melihat siapa pemimpin yang bisa saya titipi pengganti BBM. Karena saya khawatir bila diberikan kepada pemerintah sekarang hanya akan menjadi bancakan para kapitalis,'' ujar dia. Namun, karena kondisinya mendesak, dia pun mempercepat sosialisasi tersebut.
Dalam waktu yang singkat, ia mampu menyediakan sekitar 100 botol BBN sehingga bisa dicoba. Dalam kesempatan ini ia menyerahkan secara simbolis kepada Ketua DPRD Provinsi DIY, Djuwarto, sebotol BBN dengan volume sekitar satu liter. Selanjutnya, Adjikoesoemo mengisikan BBN ke sepeda motor dan saat itu bisa langsung digunakan.
Sementara itu, salah seorang anggota tim Indonesia Bangkit, Cindelaras Yulianto, mengaku ia sudah tiga hari menggunakan BBN. Yang ia rasakan tarikan mesinnya lebih ringan, tidak ada timbal serta oktannya lebih tinggi dari bensin premium, bahkan hampir sama dengan pertamax.
Menurut Adjikoesoemo yang juga penemu beras merah putih ini, BBN terbuat dari biota laut yang masih dalam bentuk aslinya. Kemudian biota itu diproses dan menghasilkan 60 persen air, 10 persen ampas, serta 30 persen minyak mentah. Dari minyak itulah kemudian proses dilanjutkan untuk menghasilkan minyak tanah, bensin, dan lain-lain. Sedangkan ampasnya bisa dijadikan bahan pupuk atau bisa jadi aspal dengan dicampur tanah liat putih. ''Biota laut tersebut ditangkarkan di darat setiap 10 hari. Untuk pengembangannya dalam 10 hari dengan kapasitas satu hektare bisa menghasilkan 140 ribu liter,'' tutur dia menjelaskan.
Di tempat terpisah, Ketua Pascasarjana Teknik Kimia UGM, Dr Supranto, mengakui bahwa biota laut memang bisa dibuat BBM. Biota laut ini bisa diambil minyaknya. ''Biota laut yang ada minyaknya ini seukuran dengan plankton atau bisa juga seukuran rumput laut,'' kata Pranto (panggilan akrab Supranto) pada Republika. Pada dasarnya, menurut dia, biota laut tersebut bisa diambil sebagian atau seluruhnya dan bisa diubah menjadi bahan bakar padat, cair, maupun gas.
Bila akan dijadikan bahan bakar cair, biota itu bisa dipanaskan saja kemudian diambil minyaknya yang menjadi minyak nabati. Gas yang diambil dari biota laut bisa dimanfaatkan seperti gas LPG yang dipakai masyarakat untuk menyalakan kompor gas. Apabila dipanaskan dalam keadaan tertutup, biota laut akan terurai menjadi pirolosis (thermal cracking). Produk ini masih berupa campuran dan kemudian bisa dipisahkan menjadi bensin, minyak tanah, solar, dan sebagainya. Masalahnya, untuk menghasilkan bahan bakar dalam jumlah banyak, area budidaya biota laut ini harus luas dan jenisnya pun harus bagus.(nri )

0 Comments:

Post a Comment