Segenap Redaksi Jafek Mengundang teman-teman alumi FE UNS untuk menjadi kontributor Jafek online, dengan cara mengirimkan alamat email ke jafekuns@gmail.com, atau mengisikannya ;ewat kolom comment di blog ini....Salam Sukses

Saturday, December 29, 2007

Banjir di Solo

Laporan Pandangan mata seorang Teman!
Penduduk Solo tidak menyangka kalau kotanya akan dilanda banjir. Meski dilalui aliran utama sungai Bengawan Solo yang merupakan sungai terpanjang se-Jawa, Solo relatif aman karena relatif tinggi letak tanahnya. Sebagai pusat kerajaan Jawa (kasunanan Surakarta yang merupakan pecahan Mataram) di masa lalu, tentu para pendiri kota telah memikirkan faktor elevasi ini saat memilihnya jadi ibukota kerajaan.


Pembicaraan tentang banjir ini ramai di mana-mana. Di pasar Klewer, sebagian kios tutup karena rumah-rumah pedagangnya terendam banjir. Kawasan Solo Baru yang merupakan ‘Kelapa Gading’nya Solo terendam mengakibatkan banyak warga berpunya mengungsi. Meski begitu, tingkat hunian hotel masih normal. Sejumlah hotel yang disurvei masih memiliki cukup persediaan kamar kosong. Solo memang bukan tujuan wisata untuk menghabiskan akhir tahun seperti Yogyakarta yang justru penuh oleh turis di akhir tahun. Hotel menjadi tujuan pengungsian warga Solo yang berpunya, karena umumnya menganggap banjir ini tidak akan berlangsung lama.

Yang membingungkan pemerintah kota adalah berbedanya wilayah yang tergenang dari hari ke hari. Air sempat masuk ke kota Solo termasuk di dekat kampus UNS (UNS adalah kependekan dari Universitas Negeri Surakarta, meski kini berubah nama jadi Universitas Sebelas Maret, akronimnya tetap dipertahankan). Tapi pada hari berikutnya kawasan itu surut airnya.
Kawasan Semanggi, Pucang Sawit, Sangkrah, Sudiroprajan, Jebres, Sewu, Jagalan, Gandekan, Joyosuran, Kedunglumbu, Pasar Kliwon, dan Joyontakan merupakan daerah di dalam kota Solo yang paling parah. Ketinggian air di Joyontakan mencapai 1,5 meter.

Sementara kawasan Tawangmangu yang longsor hari Rabu 26 Desember 2007 lalu berada di luar kota Solo. Secara administratif ia termasuk kabupatan Karanganyar. Jalan menuju lokasi tersebut tertutup dan saya tidak ke sana karena keterbatasan akses. Mohon maaf tidak dapat melakukan laporan pandangan mata. Namun penulis dapat menuliskan rangkuman dari koran-koran setempat.

PMI cabang Surakarta, kantor Walikota dan aparat terkait termasuk dari TNI sudah berkoordinasi. Berbagai unsur masyarakat juga turun tangan, termasuk dari perguruan tinggi. Lokasi pengungsian tersebar, ada yang di posko darurat sekitar lokasi seperti gedung Perkumpulan Masyarakat Surakarta atau kantor kelurahan Sudiroprajan. Pengungsian terutama dipusatkan di dalam kota Solo yang relatif lebih aman. Dua tempat utama adalah di Stadion Manahan dan Balai Kota Solo. Bila banjir meluas, direncanakan Pagelaran Kraton Surakarta dan GOR Sriwedari akan dimanfaatkan pula. Pengungsi hingga hari ini sudah 34.307 orang.

Yang menyedihkan, seperti biasa, bantuan dari pemerintah relatif lambat. Warga pengungsi selain masih kekurangan makanan siap santap juga kekurangan fasilitas air bersih, dan pakaian. Meski berangsur-angsur, bantuan telah mulai berdatangan. Hari ini saya juga berpapasan dengan mobil RI 44 (Menteri Sosial?) yang anehnya hanya sendirian tanpa rombongan dan hanya dikawal satu mobil polisi.

Meski dikepung banjir dan akses keluar kota seperti ke Surabaya terhambat di beberapa titik, aktivitas warga Solo relatif normal. Seluruh pelayanan publik dan tempat keramaian tetap buka. Ironisnya, bahkan Badan Pertanahan Nasional Surakarta masih melanjutkan lokakaryanya. Tadi pagi saya melihat mereka berpakaian olahraga berfoto-foto dengan ceria. Rupanya hari ini adalah hari penutupan. Lucu sekali melihatnya di tengah derita. Bukankah mereka aparat pemerintah yang seharusnya peduli?

0 Comments:

Post a Comment