Segenap Redaksi Jafek Mengundang teman-teman alumi FE UNS untuk menjadi kontributor Jafek online, dengan cara mengirimkan alamat email ke jafekuns@gmail.com, atau mengisikannya ;ewat kolom comment di blog ini....Salam Sukses

Wednesday, February 25, 2009

Resonansi Republika

Sumber Republika
Remaja itu Bernama Alanda Karizi

Oleh Asro Kamal Rokan

Ketika pemimpin partai lebih suka mencela lawan politik daripada bersama membangun bangsa, maka lihatlah apa yang dilakukan Alanda Kariza. Remaja berusia 17 tahun ini menjadi wakil Indonesia di Guildford Forum Global Changemakers di Inggris. Di dusun Horsley, Surrey, Inggris, Alanda yang diundang British Council --bersama 58 rekannya dari seluruh dunia, membahas berbagai topik dan membangun jejaring global. Dari sini, suara para remaja yang tergabung dalam forum pembuat perubahan itu dibawa ke Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swis, ketika para pemimpin dunia membahas krisis global.

Nama Alanda Kariza tidak sepopuler artis-artis sinetron apalagi dibanding nama-nama politisi. Namanya tidak ditulis di halaman depan media cetak dan tidak juga jadi berita penting televisi. Tapi di komunitasnya, di jaringan dunia maya, puluhan ribu orang mengagumi putri pasangan Firman Maulana dan Arga Tirta Kirana ini. Alanda menjadi inspirasi segenerasinya generasi yang mungkin tidak terpikir oleh orang-orang dewasa. Generasi dengan ide-ide hebat dan penuh semangat. Pelajar SMA 82 Jakarta ini menulis cerita bersambung dan mempublikasikannya melalui media internet, bukan melalui media cetak seperti umumnya. Ia berinteraksi dengan pembacanya, yang terkadang marah dan menangis.

Sebuah cerita bersambung yang ditulisnya di blog bersama Fajar Nugros, berjudul Bunuh Diri Massal 2008, cukup menghebohkan. Pikirannya melompat dari usia dan pengalamannya. Namun Alanda sesungguhnya adalah pemberi semangat yang kuat. Ia memiliki tenaga yang mendorong pembaca untuk optimis dan iklhas. Demi hidup, nggak perlu harus mati. If you can't be the best, be the first! tulis Alanda di blog-nya.

Alanda menulis, bahwa mati bukanlah penyelesaian. Bahwa menjadi kuat adalah sesuatu yang harus kita lakukan apabila orang lain lemah. Bahwa memberi semangat adalah sesuatu yang harus kita lakukan apabila orang lain tidak mampu menyemangati kita. Bahwa semua harus dihadapi dengan tabah, dengan senyum, dengan ikhlas. Bukan dengan rasa ingin cepat-cepat mati, bukan dengan rasa ingin bunuh diri ... Bahwa sesulit apapun hidup kita, masih ada orang-orang yang menjalani hidup yang jauh lebih sulit lagi.

Pada usia 14 tahun, Alanda menerbitkan novel pertamanya berjuduk Mint Chocolate Chips. Selain menulis, remaja kreatif ini juga ikut mendirikan komunitas sosial The Cure For Tomorrow, wadah untuk menggalang kepedulian remaja Indonesia tentang lingkungan hidup. Wadah ini ia bentuk karena kecewa atas sebuah LSM yang menolaknya bergabung karena usianya masih belia.

Alanda juga aktif menulis di berbagai majalah remaja, termasuk Warta Al-Azhar, dan mengisi waktu luangnya dengan mengajar les adik-adik di SD, serta mengkampanyekan gerakan anti-rokok. Ia berencana mendirikan Youth Parliament agar suara remaja juga bisa terdengar di parlemen. ''Aku selalu berpikir bahwa sekecil apapun usaha atau semangat atau bahkan hanya niat, pasti membuahkan hasil,'' ujarnya kepada Zeynita Gibbons, wartawan Antara di London.

Alanda baru 17 tahun. Ia generasi yang bergerak dinamis di tengah kekhawatiran banyak orangtua tentang perilaku permisif remaja kota. Pesannya tentang kehidupan, ketabahan, senyum, dan keikhlasan, jauh lebih bermakna dari pidato pemimpin partai yang lebih pandai mencela. Alanda memompakan harapan, optimisme, dan semangat --- tidak saja kepada remaja seusianya -- tapi juga kepada orang-orang tua yang merasa tahu segalanya. Dan, kita telah berbuat apa?



0 Comments:

Post a Comment