EKONOMI BERBASIS KEPERCAYAAN
Oleh : Djoko Karyono (Angkatan ’79)
Nobel Perdamian tahun 2006 jatuh ketangan Muhammad Yunus – pendiri Grameen Bank di Bangladesh. Baru kali ini nobel perdaimaian diberikan bukan kepada orang yang melakukan perjuangan politik, tetapi nobel tahun ini diberikan kepada seorang yang memperjuangkan pengentasan kemiskinan di negaranya – Bangladesh.
Pemberian nobel perdamaian kepada Muhammad Yunus ini dapat dimaknai sebagai pengakuan dunia atas keyakinan bahwa kaum miskin bukan kelompok orang terbuang, tetapi kaum miskin tidak lebih dari kelompok yang termarjinalkan oleh suatu sistem keuangan yang bersandar pada sistem kapitalistik, dimana hanya orang kaya yang diyakini mempunyai kemampuan mengelola kredit yang diberikan oleh bank.
Melalui prestasi yang dicapai oleh Grameen Bank, Muhammad Yunus telah membuktikan bahwa kaum miskin (kaum dhu’afa) dapat memegang amanah dalam pengelolaan keuangan. Dapat dipercaya atau memegang amanah merupakan dasar utama dalam sistem pinjam- meminjam uang. Hal ini terungkap dalam wawancara Muhammad Yunus di sebuah stasiun televisi di Indonesia, dimana beliau mengatakan bahwa tingkat kredit bermasalah (NPL/ non performing loan) di Grameen Bank hanya sebesar 1% dari total kredit yang disalurkan.
Kepercayaan atas keberhasilan pemberian kredit kepada kaum dhu’afa ini diperkuat dengan kenyataan bahwa protofolio kredit mikro di Indonesia mempunyai NPL yang lebih kecil dibanding dengan kredit korporasi maupun kredit menengah, yaitu NPL kredit mikro posisi Desember 2006 sebesar 4,01% dari total kredit yang disalurkan atau masih dibawah maksimal NPL yang disyaratkan Bank Indonesia, yaitu sebesar 5%.
Tentu saja bukan hal yang mudah bagi Muhammad Yunus untuk mencapai prestasi tadi. Perlu perjuangan berupa kerja keras dan kesabaran yang luar biasa dan yang jelas butuh waktu lebih dari 25 tahun agar dunia percaya bahwa si miskin adalah kelompok yang mau dan mampu mengembangkan usaha dan terlebih lagi si miskin adalah si terpercaya.
KEPERCAYAAN
Sistem perbankan umum mengenal 5 C’s of credit, yaitu suatu tahapan anlisis untuk menentukan layak dan tidaknya calon nasabah diberikan kredit. Dan C yang pertama adalah Character, yaitu suatu pendekatan analisis untuk mengetahui waktak calon nasabah. Inti dari analisis ini adalah untuk mengetahui apakah calon nasabah tidak mempunyai catatan buruk dalam kehidupan pribadi maupun bidang usahanya sehingga dapat diambil suatu kesimpulan apakah calon nasabah mempunyai tekad atau kemauan yang kuat untuk mengembalikan kredit yang diberikan.
Penyebutan C pertama mengenai karakter bukan tanpa alasan, jsutru sebaliknya karena aspek karakter mempunyai fungsi strategis dalam melakukan analisis suatu permohonan kredit, yaitu apabila hasil analisi karakter menunjukan hasil negatif, artinya calon nasabah mempunyai karater jelek, maka analisis 4 C lainnya (Capacity, Capital, Condition dan Collateral) tidak perlu dilakukan lagi. Dengan kata lain apabila karakter calon nasabah jelak sudah dipastikan bank tidak akan menyetujui permohonan kredit calon nasabah yang bersangkutan.
TRUSTED ECONOMICS
Kembali ke Grameen Bank, keberhasilan Muhammad Yunus dimulai dari upaya untuk meyakinkan kaum dhu’afa bahwa yang mampu mengubah wajah kemiskinan mereka adalah kelompok mereka sendiri. Oleh karena itu mereka harus membina hubungan baik diantara mereka sendiri. Hasil dari upaya ini adalah tumbuhnya usaha bersama dan berkembangnya sikap untuk dapat dipercaya dan saling mempercayai diantara anggota kelompok. Dalam kondisi dimana tumbuh sikap dapat dipercaya, maka hakekad dari kredit bank hanyalah stimulan dari bergeraknya roda usaha.
Bisa jadi institusi keuangan adalah milik mereka sendiri, mereka mampu mengelolanya sendiri bahkan mereka bisa saja menerapkan sistem sendiri. Kontra prestasi tidak perlu lagi dirumuskan dalam hitungan yang kaku tetapi diformulakan dalam rumusan yang rasional dan manusiawi.
Fenomena Grameen Bank sudah tidak terbantahkan lagi bahwa sebenarnya masyarakat – utamanya kaum miskin dapat diberdayakan. Tidak bisa disangkal lagi bahwa masyarakat bisa tumbuh dalam tatanan kehidupan saling mempercayai. Upaya untuk memperoleh pendapatan atau hasil dari suatu skala economi lebih ditentukan dari sifat dapat dipercaya yang dimilki dan didukung oleh kepercayaan yang diberikan kepadanya. Dan akhirnya dapat diakui bahwa kepercayaan bukan identik dengan kekayaan (baca : uang) tetapi kepercayaan adalah keyakinan akan sikap hidup.
PROFIT AND LOSS SHARING
Sistem keuangan yang berdasarkan sistem profit and loss sharing (sistem bagi hasil) merupakan kelanjutan dari trusted Economic. Apabila dalam masyarakat sudah tumbuh dan berkembang sikap dapat dipercaya, maka tidak perlu lagi sekat-sekat kehidupan berusaha baik secara skala ekonomi (econominc of scale) maupun sekat kehidupan berdasarkan gender. Mereka yang memilki skala ekonomi besar merasa perlu bekerja sama dengan mereka yang mempunyai skala ekonomi menengah dan mikro demikian juga sebaliknya. Demikian pula masing-masing pihak akan secara terbuka atau transparan untuk menghitung berapa jumlah kewajiban masing-masing.
Sebagian masyarakat sudah terbiasa menghitung kewajiban pajak yang menjadi tanggungannya masing-masing. Bahkan bagi umat Islam sudah terbiasa menghitung zakat-nya sendiri, demikian pula umat non muslim juga terbiasa menghitung kewajibannya masing-masing. Yang perlu dikembangkan adalah keikhlasan dari peminjam untuk menghitung hasil usahanya sendiri secara transparan untuk diketahui oleh pemberi pinjaman dan serta merta diikuti dengan langkah keikhlasan untuk memberikan bagian yang menjadi hak dari pemberi pinjaman. Keikhlasan tersebut dapat dibuktikan dengan adanya tertib atas pencatatan keuangan yang dimiliki. Untuk memiliki catatan yang baik yang diperlukan adalah disiplin untuk mencatat semua transaksi keuangan yang terjadi setiap hari.
Kesimpulan dari pembahasan ini adalah bahwa ujung dari kepercayaan adalah adanya catatan transaksi keuangan. Oleh karena itu tanpa adanya catatan yang baik atas transaksi keuangan berarti trusted ecomomic masih jauh dari harapan, apalagi untuk mewujudkan sistem keuangan yang berdasarkan sistem profit and loss sharing rupanya masih harus menempuh perjalanan panjang. Namun bukan berarti harapan trusted economic dan sistem profit and loss sharing tidak bisa diwujudkan, karena awal langkahnya sudah jelas, yaitu cukup satu kata “C A T A T” -----o0o-----
0 Comments:
Post a Comment